Selasa, 01 Maret 2011

Jurnalistik

PAGO (LEMARI MAKAN) DARI TANAH KEOLOTAN PASIR EURIH SOBANG
Oleh : Solehudin
Dalam sejarah kehidupan manusia, bahwa alam selalu dekat dengan manusia dimana manusia itu berada. Kekayaan alam Indonesia merupakan modal bagi bangsa Indonesia untuk mengisi pembangunan setelah terbelenggu dalam duka dan lara.
Seiring waktu yang terus berputar, Indonesia kini bangkit dari keterperukan berbagai hal kehidupan. Salah satu wilayah yang menjadi kajian tugas kuliah di tanah keolotan Pasir Eurih Sobang, merupakan tantangan bagi penulis untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan di sana.
Sebagai makhluk sosial yang pernah tercetus dari Aristoteles, penulis mengedepankan pendekatan kekeluargaan dengan masyarakat Pasir Eurih Sobang. Alhasil, apa yang dilakukan oleh penulis bisa berjalan lancar tanpa ada hambatan sedikitpun. Ini dibuktikan dengan diperolehnya suatu kerajinan tangan yang dibuat oleh warga sekitar. Kerajinan tersebut dinamakan dengan Pago yaitu lemari makan yang bahannya dari kayu berkualitas dengan mutu tinggi. Kayu yang dipakai biasanya kayu Jati atau sejenis kayu lainnya yang daya kekuatannya bisa berlangsung lama. Bahkan, Pago yang ada di rumah pak Sarnata itu sudah melewati dua keturunan. Artinya bahwa,dari semenjak Abah/Uyut pak Sarnata, Pago itu sudah ada. Jadi, bisa dikatakan kekuatan Pago tersebut kurang lebih umurnya sekitar 100 tahun.
Pago yang dimiliki pak Sarnata memiliki dua rak untuk menyimpan berbagai hidangan makanan sehari-hari bagi keluarganya. Kerajinan tangan yang kelihatannya sederhana dan antik, tak membuat pak Sarnata dan keluarganya untuk menjual kepada orang yang menginginkannya. Pago merupakan peninggalan dari para leluhurnya untuk tetap merawat dan menjaga agar Pago itu bisa dipakai oleh anak cucunya dikemudian hari.
Melihat realita salah satu keluarga tersebut, penulis mengapresiasi kebesaran jiwa para penerusnya untuk selalu menghormati dan menghargai sesamanya maupun dengan lingkungan sekitarnya. Ada suatu konsep kehidupan yang tertanam apik dan penuh dedikasi demi menjaga kelangsungan hidup khususnya keluarga pak Sarnata dan warga masyarakat Pasir Eurih Sobang pada umumnya. Satu diantaranya ialah kehidupan warga Pasir Eurih Sobang memegang teguh prinsip hidup kekolotan, tetapi bukan berarti alergi dengan modernisasi yang terjadi saat ini.
Pago yang bentuknya sedang dengan ukuran satu meter panjang dan tinggi 80 cm memiliki nilai historis bagi yang tetap melestarikan budaya nenek moyangnya dari zaman ke zaman. Demikianlah, buah tangan yang penulis dapatkan dengan dilaksanakannya Kapita Selekta Banten dibawah naungan STKIP Setia Budhi Rangkasbitung pada tanggal 29 sampai dengan 31 Desember 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar